Pujangga Tanpa Sangka

Artikel yang sedang anda baca ini merupakan sebuah kajian tentang tokoh pemimpin bangsa, yang sekarang menjadi isu senteral di kalangan sebagian rakyat Indonesia, apalagi di saat menjelang Pemilu 2009 nanti. Di tengah gejolak bangsa yang hampir terpuruk dalam seluruh sektor kehidupan baik politik, ekonomi, agama, sosial dan budaya, di antara rakyat kita bertanya dan berandai-andai kapan bangsa ini akan bangkit menjadi bangsa bermoral yang adil dan makmur.

Dari awal kemerdekaan hingga saat ini, para tokoh pemimpin bangsa telah dipilih dan diangkat silih berganti, tapi rakyat nampaknya belum menemukan seorang pemimpin pun yang berhasil membawa dan membangun rakyat sesuai dengan cita-cita bangsa. Setiap pemimpin menuai berbagai kritikan dan dianggap gagal memimpin bangsa ini.

Di sepanjang perjalanan bangsa yang tidak menentu ini, adalah wajar bila ada di benak rakyat kita punya secercah harapan. Akankan munculnya seorang tokoh yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa? Apakah bangsa ini akan terus menurus terpuruk tanpa memiliki seorang pemimpin yang adil dan bijak? Apakah Tuhan akan memberikan rahmat dengan menurunkan seorang hamba-Nya untuk mengatur bangsa ini agar hidup rukun dan damai? Kapan munculnya Sang ‘Ratu Adil' sebagaimana diidamkan oleh sebagaian orang? Segudang pertanyaan muncul dari benak kita, tapi sayangnya belum ada kepastian jawaban yang jelas dan pasti.

Kiranya tulisan singkat ini akan menganulir semua pertanyaan yang ada. Meskipun kepastian jawabannya masih meraba-raba dan hanya sebuah perenungan yang belum teruji, tapi paling tidak tulisan ini cukup sekedar memberikan arahan bagaimana semestinya kita mensikapi dan memiliki pandangan jernih sesuai dengan norma dan budaya yang kita miliki. Kiranya kita sepakat, bahwa tidak ada sebuah jawaban yang mungkin dapat dijadikan patokan, kecuali persoalan tokoh pemimpin atau Ratu adil itu kita dikaji dalam berbagai sumber tulisan yang kita ketahui selama ini. Meskipun sumber-sumber rujukan itu hanya sebuah pemikiran dari para pujanga yang tidak diketehui secara pasti, tapi paling tidak lewat pemikiran mereka itu akan dapat diprediksi kemana arah dan tujuan bangsa kita ini.

B. Berbagai Pandangan Tentang Ratu Adil

Ratu Adil atau Satrio Piningit adalah sosok hamba yang masih mengundang beribu pertanyaan. Dalam persepsi orang jawa, dia adalah hamba yang berdemensi ganda, jiwanya di langit sementara jasadnya menetap di bumi. Dia tokoh yang adil dan bijak yang hidup bersama rakyat. Setiap kebijakan dan langkah dalam mengatur bangsa tidak berdasarkan hawa nafsu, tetapi keputusan yang langsung dari “atas”, suatu wangsit atau ilham yang mutlak benar dan tidak bisa dibantah. Tokoh inilah yang dimimpikan oleh sebagaian rakyat kita, yang wujud kehadirannya sampai saat ini belum diketahui secara pasti.

Dalam sejarah Islam, sosok tokoh seperti yang digambarkan di atas mirip dengan Umar bin Abdul Aziz, seorang ilmuan sekaligus tokoh spritualis. Beliau memimpin umat Islam dengan bijak, adil dan penuh kasih sayang. Terpilih menjadi khalifah dinasti Bani Umayah bukan atas kehendak pribadi atau pomosi lewat partai, tapi diangkat langsung oleh rakyat. Dia muncul disaat terjadi krisis kepercayan, moral, politik, ekonomi dan spiritual. Dalam waktu singkat 2 tahun menjadi khalifah, berhasil membangun totalitas beragama, berbangsa dan bernegara. Dalam sejarah, dia tercatat sebagai kepala Negara dan pemimpin yang zuhud, wara', bijak, adil, dan tinggal di luar istana hidup bersama rakyat kecil.

Yang menjadi pertanyaan, apakah mungkin di negeri kita ini akan muncul tokoh pemimpin (satrio piningit) seperti Umar bin Abdul Aziz? Tentu saja pertanyaan ini tidak gampang dijawab. Umar bin Abdul Aziz lahir dan dibesarkan dalam lingkungan kultur Arab, yang berbeda dengan kultur bangsa kita. Pada masa kecilnya hingga menjadi khalifah waktunya dihabiskan untuk belajar agama. Awal diangkat menjadi khalifah bukan karena beliau pintar berpolitik dan pintar mengatur siasat ekonomi umat, tapi karena kezuhudan dan wibawa keulamaannya. Rakyat memilih beliau semata-mata atas pertimbangan dan penilaian agama, bukan factor dunia. Rakyatnya beranggapan, tidak ada seorang pemimpin yang mampu membangun dan mensejahterakan umat, kecuali pemimpin yang takwa.

Karena itu, ada sebagian kita berpendapat, bahwa adalah mustahil tokoh satrio piningit yang akan menjadi pemimpin negara kita ini seperti Umar bin Abdul Aziz. Alasannya, pertama, konsep bernegara kita diatur oleh Undang-undang, Kedua, kreteria kepemimpinan tidak menempatkan unsur ketakwaan satu-satunya indikator bagi seorang calon pemimpin. Ketiga, kemunculan calon tokoh pemimpin harus dipromosikan lewat partai.

Tokoh Satrio Piningit, apakah ia mirip Umar bin Abdul Aziz atau tidak, yang jelas dalam Serat Centini tokoh pemimpin ideal bangsa sangat dinantikan kedatangannya. Dalam keyakinan orang jawa, ia akan muncul di saat kezaliman merajalela. Adapun tokoh-tokoh pemimpin yang muncul selama ini adalah bukan tokoh sebenarnya. Kehadiran mereka adalah sebagai tokoh perantara dalam rangka proses menunggu datangnya Sang Ratu Adil alias Satrio Piningit. Aktivitas pembangunan yang dilakukan para pemimpin saat ini adalah sekedar melanjutkan apa yang sudah ada, yang belum mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat seutuhnya. Kemakmuran dan kesejahteraan hanya bisa diwujudkan bila negeri ini dipimpin Satrio Piningit atau Ratu Adil.

Keyakinan masyarakat jawa di atas, ternyata sekarang telah dimanfaatkan menjadi isu kepemimpinan nasional. Menjelang pemilu 2009 nanti, sekarang sebagian pihak telah memanfaatkan sosok 'Satrio Piningit” sebagai komoditas politik. Mereka berusaha menarik massa dengan membentuk partai-partai. Alasannya sederhana, bahwa pemimpin bangsa yang dulu dan sekarang adalah sama saja, mereka tidak mampu mesejahterakan rakyat. Maka satu-satunya cara menumbuhkan keyakinan rakyat dengan memunculkan isu-isu “Ratu Adil” dan membentuk kelompok-kelompok yang menjurus ke arah sana.

Sekarang yang menjadi persoalan, mungkinkah sang Satrio Piningit itu diangkat lewat manipulasi politik dan promosi partai-partai? Atau, percayakah kita bahwa Sang Ratu Adil muncul lewat kelompok-kelompok yang haus kekuasaan? Inilah sebenarnya pertanyaan yang perlu dijawab, agar pemahaman kita tidak tersesat dalam khayalan dan dipolitisir oleh pihak-pihak tertentu.

Ketahuilah, bahwa keinginan rakyat memimpikan datangnya seorang pemimpin ideal untuk memakmurkan bangsa ini adalah sebuah harapan murni dan suci. Tapi tentunya harus dilandasi oleh pijakan normatif, agar harapan itu betul-betul logis dan tidak tergelincir dari keyakinan. Andaikan Tuhan memenuhi harapan kita untuk mendapatkan seorang pemimpin yang adil dan bijak, adalah mustahil bila calon pemimpin itu bernaung di bawah 'bendera' yang haus kekuasaan. Ia tidak akan pernah muncul dan memproklamirkan dirinya untuk dipilih dan diangkat.

Maka persepsi kita tentang Sang “Ratu Adil” perlu dikaji ulang. Dalam salah satu rujukan, yaitu kitab Serat Gemo Surgoloko, bahwa sosok 'Ratu Adil”, berbeda dengan pandangan yang selama ini berkembang. Dalam kitab itu diceritakan: “telah datang berita dari langit” bahwa bila di negeri kita ini sudah tidak ada lagi kedilan dan rakyat sudah bertindak dengan hawa nafsu dan maunya sendiri, serta setiap pergantian pemimpin belum juga membawa perubahan, maka pada saat itu pertanda Sang Ratu Adil akan segera muncul untuk membenahi bangsa.

Lebih lanjut isi kitab itu menjelaskan, bahwa Sang Ratu Adil mempunyai ciri dan tanda khusus. Dia adalah seorang hamba Tuhan yang latar belakang munculnya bukan atas kehendak bangsa, tapi semata-mata atas kemauan Tuhan. Dia terpisah dari tahta kekuasaan, hadir ke bumi semata-mata untuk merubah zaman. Ketika kondisi bangsa kacau balau, situasi politik tidak menentu, kondisi ekonomi terpuruk, prilaku maksiat menyebar di mana-mana, dan nilai-nilai moral sudah ditinggalkan, maka pada saat itu ia akan hadir menata nilai-nilai kehidupan sesuai dengan norma-norma bangsa.

Sekarang kondisi bangsa kita nampaknya hampir terpuruk pada semua tatanan kehidupan. Ini pertanda bahwa kehadiran Sang Ratu Adil akan segera muncul. Tokoh yang bakal merubah zaman itu segera menata bangsa ini dengan kekuatan yang dianugerahkan Tuhan. Tidak diketahui kapan waktunya, yang mengerti hanya dia dan Tuhannya. Dia sosok hamba yang tersembunyi di balik 'naungan' Tuhan. Dilahirkan dari keturunan terhormat. Tidak dipilih dan tidak pula memiliki tahta sebagaimana yang digambarkan orang. Tahtanya sunyi senyap. Belatentaranya “ghaib” dan benderanya “kebaikan”. Pada saat dimunculkan oleh Tuhan, maka pada saat itu pula bangsa ini mulai merambah menuju kea rah perbaikan. Seluruh tatanan kehidupan bernegara tertata dengan sendirinya, hingga bangsa ini merasa hidup aman dan tenteram.

Karakteristik akhlak dan prilakunya adalah takwa yaitu selalu taat dan tidak pernah melanggar aturan Tuhan. Dia seorang pemberani, tidak takut menghadapi tantangan dan kesulitan. Ia akan tampil terdepan dan bertanggungjawab untuk menyelamatkan bangsa. Memiliki kekuatan bathin atau penglihatan mata hati yang tajam, yang dengan kekuatan itu ia dapat menembus semua tatanan kehidupan. Hubungannya dengan sesama makhluk bersifat pemurah dan kasih sayang. Cinta kasihnya sesema umat melebihi cinta terhadap dirinya sendiri. Bersikap adil dalam segala hal, tanpa pandang bulu. Keadilannya merata pada semua makhluk, tanpa dibatasi dan dipengaruhi oleh sekat-sekat sosial dan budaya. Meskipun ia memiliki kelebihan, tapi tetap merendah dan tidak pernah sombong. Dia tidak mengharapkan pujian. Tidak pernah bangga bila dipuji dan tidak pernah rugi atau kecewa bila dihina. Tidak punya tendensi politis dan ekonomis. Ia berbuat ikhlas untuk bangsa semata-mata karena Tuhannya.

Pada sisi pribadinya yang lain, ia adalah seorang tokoh piningit (tersembunyi) yang amanah dan jujur. Ia seorang yang dapat dipercaya dan bertanggungjawab, serta jujur dalam tindakan dan perkataan. Setiap tindakannya merupakan suri tauladan. Dan setiap yang mendengarkan ucapannya akan membekas di hati dan mempengaruhi prilaku. Demikianlah sosok pribadi Sang Ratu Adil alias Satrio Piningit itu. Jadi ringkasnya, ia bukanlah sosok manusia biasa, tapi seorang hamba yang dianugerahkan oleh Tuhan dengan berbagai kelebihan, baik lahir maupun bathin.

C. Tanda-tanda Kehadiran Sang 'Ratu Adil'

Pada saat ia muncul, pada saat itu pula tatanan kehidupan mulai berubah. Perubahan itu bukan karena ia memiliki kekuasaan dan ikut dalam struktur pemerintahan, tapi karena rahmat Tuhan yang dilimpahkan padanya. Lewat limpahan rahmat yang diberikan kepadanya itu, kondisi zaman akan berubah, sehingga setiap orang merasakan tenteram dan damai.

Dalam kondisi sekarang ini, diduga bahwa Sang Ratu Adil itu akan segera muncul, bahkan mungkin sudah berada di tengah-tengah kita. Karena ia tidak memiliki tahta dan istana, maka sangat mustahil keberadaannya diketahui oleh banyak orang. Dalam rujukan Serat Gemo Surgoloko dikatakan, awal kemunculannya ia langsung menghimbau kepada seluruh elemen bangsa, bahwa: “sudah saatnya sekarang bangsa ini memilih pemimpin yang adil dan bijak. Dan sudah saatnya rakyat menata ekonomi, politik, social, budaya dan hamkam. Sudah saatnya rakyat memperbaiki moral dan prilaku sesuai dengan nilai-nilai bangsa”. Demikian titah dan harapan Sang Ratu Adil. Setelah bertitah, tidak lama kemudian mulai terjadi perubahan pada seluruh sector kehidupan.

Pada tahap awal akan terlihat pada sektor pemerintahan, yaitu munculnya pemimpin-pemimpin atau pejabat yang adil dan jujur serta bertanggungjawab. Para pemimpin membenahi pribadinya dan berprilaku sesuai dengan keinginan hati nurani rakyat. Tidak ada lagi manipulasi politik dalam system pemilihan pemimpin. Rakyat dengan sendiri mengerti siapa sebenarnya yang pantas untuk diangkat dan dipilih, dan siapa yang tidak. Pemimpin yang berpribadi jelek akan tersingkir dengan sendirinya.

Berbarengan dengan itu, para tokoh politik pun tidak lagi sikut menyikut satu sama lain. Mereka tidak bersaing berebut kekuasaan, tapi berlomba-lomba berbuat baikan serta memberikan contoh tauladan kepada rakyat. Komuniaksi antar para tokoh politik berjalan harmonis, dan bersama-sama sepakat berjuang demi bangsa dan negara, tanpa memperdulikan siapa pun yang menjadi pemimpin negeri ini. Aktivitas dan kretivitas mereka semata-mata demi kemajuan dan kemakmuran rakyat.

Perubahan juga akan terjadi pada sektor hukum. Di era Satrio Piningit penegakan hukum berjalan adil dan bijak. Hukum tidak dapat dibeli dan dimanipulasi begitu saja. Hukum berjalan sesuai undang-undang, tanpa dipengaruhi factor kedudukan dan keturunan. Siapa pun yang melanggar hukum wajib diadili dan diberi sanksi sesuai tingkat pelanggaran. Para penegak hukum diangkat berdasarkan keahlian dan siap untuk dihukumi jika mereka juga melanggar undang-undang. Sistem perundang-undangan dibuat secara bijak berdasarkan nilai-nilai bangsa, bukan atas intervensi dari dan masukan pihak luar.

Kemudian, setelah sistem pemerintahan tertata dan penegakan hukum diberlakukan secara adil dan bijak, maka tercipta sebuah tatanan ekonomi kerakyatan yang merata. Pondasi ekonomi dibangun semata-mata untuk kesejahteraan rakyat. Pada saat ini tidak ada lagi korupsi, penipuan dan monopoli. Masuk dan keluarnya harta milik negara sesuai dengan aturan. Negara tidak lagi menerima bantuan dari bangsa asing, sebab kekakayaan negara sudah dikelola dengan baik dan cukup untuk menghidupi rakyat. Bersamaan dengan itu akan tercipta lapangan kerja, sehingga rakyat dengan mudah mencari nafkah sesuai dengan keahlian masing-masing.

Pada sisi lain, hubungan harmonis akan terlihat antara kelompok kaya dan miskin. Mereka hidup saling bantu membantu satu sama lain. Para pejabat, pedagang, pegawai, petani, nelayan dan para buruh mencari nafkah dengan cara halal, sehingga merasa puas dan berkah dengan rezki yang diperoleh. Pada saat ini masing-masing orang merasakan hidup dalam kecukupan. Sekalipun profesinya hanya sebagai tukang batu atau kuli, mereka tetap bersyukur dan hidup tenteram. Tidak ada iri dengki, keserakahan dan kesombongan. Kemudian tidak pula saling memangsa dan merendahkan satu sama lain.

Bersamaan dengan itu pula tercipta suasana keamanan yang betul-betul aman. Tidak ada tindak kriminal, demo-demo dan tindakan-tindakan yang merusak keutuhan bangsa. Para jenderal dan prajurit bersatu membantu dan mengamankan rakyat. Sosok para panglimanya adalah kasatria, jujur, bertanggungjawab dan berani mengorbankan jiwa raganya tanpa pamrih demi bangsa dan negara.

Dalam kondisi ekonomi dan keamanan yang stabil, maka hubungan antar budaya pun berjalan baik dan harmonis. Tidak ada lagi perpecahan antar umat beragama atau sesema umat seagama. Tidak ada lagi perpecahan antar etnis. Tidak ada lagi aktivitas rakyat yang menimbulkan perselisihan dan kekacauan. Antar sesama umat saling hidup berdampingan dan menghormati satu sama lain. Bahkan hubungan dengan bangsa lain pun ikut berjalan harmonis tanpa memusuhi dan dimusuhi. Setiap negara asing berlomba menjalin hubungan internasional tanpa niat menjajah atau ikut campura tangan dalam aktivitas dalam negeri. Bahkan, banyak pula negara asing ikut belajar atau mencotohi bangsa kita bagaimana cara mengatur dan membangun negera.

Dilukiskan dalam Serat Gemo Surgoloko, bahwa setelah Sang Ratu Adil bertitah, peran media massa akan berbalik arah. Tidak ada lagi mengisukan berita-berita berbau fitnah. Tidak ada lagi isi berita yang bertentangan dengan nilai-nilai bangsa. Semua berita dikemas sesuai etika, yang tidak memancing kemarahan dan menyinggung hati rakyat. Para penyiar, wartawan dan ilmuan menjadi mitra kerja pemerintah dan rakyat. Mereka menyiar dan menulis untuk membangkit semangat rakyat dalam membangun bangsa.

Dalam kondisi seperti di atas, maka para tokoh agama tampil sebagai pendamping sekaligus penasehat pemimpin. Kedekatan tokoh agama dengan para pemimpin bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan, tapi semata-mata untuk memberikan nasehat agar para pemimpin tidak keliru dalam membuat setiap kebijakan. Pada sisi lain, para tokoh agama berserta para pendidik berusaha mengayomi dan mendidik rakyat menjadi bangsa yang cerdas. Mereka memberikan suri tauladan terbaik, sehingga produk pendidikan menghasilkan anak didik yang berprilaku sesuai dengan nilai-nilai bangsa.

Prilaku rakyat ikut menyesuaikan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang ada sudah tertata. Budaya negatif seperti perjudian, pemerasan, pembunuhan dan perzinahan berangsur-angsur hilang. Himbauan Sang Ratu Adil tentang 'pertaubatan budaya' akan menjadi kenyataan. Para pelaku maksiat insaf dan kembali menjadi bangsa bermoral yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusia.

Demikianlah sebuah gambaran negara di saat Sang Ratu Adil sudah benar-benar muncul di bumi. Lantas, dimanakah dia pada saat proses perubahan itu terjadi? Dalam Serat Gemo Surgoloko tidak dijelaskan secara pasti. Tapi yang jelas ia berada bersama-sama kita. Ia tinggal di istana sunyi. Sesekali ia keluar untuk memberikan himbaun dan nasehat. Tapi pada saat yang bersamaan ia pergi tanpa diketahui. Ia bertindak atas perintah 'langit' yang sulit dimengerti. Ia ada, tapi tiada. Ia di utus Tuhan untuk menjaga makhluk di bumi.

D. Penutup

Apa yang dituangkan di atas semata-mata rekleksi dari berbagai rujukan, dengan tujuan membangkitkan tekad dan kesadaram bahwa bangsa ini masih punya harapan untuk hidup damai dan tenteram. Betapa bahagia dan indahnya kehidupan bangsa ini andaikan Tuhan benar-benar menurunkan Sang Ratu Adil sesuai dengan ilham dan ramalan. Kita tentunya akan tetap berharap, jangan berputus asa, sebab Tuhan Maha Adil apa yang semestinya diperbuat untuk setiap makhluknya di bumi.

SEMOGA BERMANFAAT. AMIN…
Pujangga Tanpa Sangka

ical © copyright 2009 - 2020